Rabu, 07 Desember 2011

Kanker Mata


Di Indonesia, jumlah anak yang menderita kanker diperkirakan 9.000 anak dan retinoblastoma–sel tumor yang tumbuh pada retina mata– merupakan salah satu jenis kanker pada anak yang paling sering ditemui.

Penyebab retinoblastoma pada salah satu mata (unilateral) atau kedua mata (bilateral) anak, menurut dia, hingga kini belum diketahui secara pasti sehingga pencegahannya pun menjadi sulit dilakukan.

“Diduga berhubungan dengan kelainan genetik. Ada masalah genetik yang menyebabkan pertumbuhan sel yang seharusnya terkendali menjadi tidak terkendali,” katanya.

Walaupun demikian, ia melanjutkan, dampak penyakit ini bisa ditekan dengan deteksi dini. Retinoblastoma yang ditemukan pada stadium awal bisa disembuhkan. Bahkan sembilan puluh persen kasus retinoblastoma yang terdeteksi dini dan mendapatkan penganganan memadai bisa disembuhkan.

“Dan mata bisa dipertahankan kalau ukuran kanker masih dibawah 0,5 sentimeter,” katanya serta menambahkan semakin terlambat dideteksi peluang penderita retinoblastoma untuk sembuh semakin kecil.

Lebih lanjut dia menjelaskan, kendati gejala spesifik penyakit retinoblastoma pada anak cukup sulit dikenali namun ada tanda-tanda umum yang mesti diwaspadai sebagai gejala retinoblastoma.

Retinoblastoma pada anak, kata Prof. Djajadiman, sering ditandai dengan mata kemerahan, peradangan mata dan adanya bintik putih pada bagian mata yang berwarna hitam.

Kalau sudah parah, kata dia, bintik putih tersebut akan membesar dan kemudian akan memantulkan cahaya yang masuk ke mata seperti mata kucing, mata juling serta bola mata menonjol ke luar.

Ia mengatakan, bila gejala-gejala itu ditemukan pada anak sebaiknya orang tua segera membawanya ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya supaya dokter bisa membantu memastikan apakah anaknya terserang kanker.

Dan jika anak tersebut didiagnosis terserang retinoblastoma maka, kata Prof.Djajadiman, ia harus mendapatkan perawatan dan pengobatan sesuai dengan jenis kanker dan stadiumnya.

“Kalau dibiarkan, atau tidak diobati dengan tepat, tumor akan berkembang dan menyebar ke sumsum tulang, atau ke otak. Ini maka akan mengancam nyawa si anak,” katanya.

Ia menjelaskan, retinoblastoma stadium dini biasanya diobati dengan cara pembedahan (operasi) dengan atau tanpa kombinasi dengan kemoterapi/radioterapi.

Bila sudah ditemukan dalam stadium lanjut, operasi dengan mengangkat mata terpaksa harus dilakukan dan setelah operasi dipasang protesa (mata palsu) agar yang bersangkutan tetap berpenampilan baik.

Deteksi Dini Lebih Baik

Deteksi dini penyakit kanker dapat menyelamatkan anak-anak dari keganasan penyakit yang sering mengakibatkan kematian tersebut. Sayangnya, sebagian besar kasus retinoblastoma ditemukan pada stadium lanjut.

“Masyarakat kebanyakan dan petugas kesehatan di tingkat dasar belum punya pengetahuan memadai tentang kanker sehingga belum tahu cara mengenali tanda-tandanya dan apa yang harus dilakukan setelah itu,” kata Parulian Simanjuntak dari Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS).

Oleh karena itu, ia melanjutkan, guna meningkatkan pemahaman masyarakat, kader kesehatan dan tenaga kesehatan yang bertugas di sarana pelayanan kesehatan dasar, pihaknya bersama Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) melakukan kampanye deteksi dini kanker terpadu berbasis komunitas.

Program kampanye itu dilakukan sejak Mei 2007-Juli 2008 di 10 kelurahan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat.

“Setelah kampanye itu, kemudian dibuat model kampanye deteksi dini kanker bagi masyarakat untuk digunakan dalam kegiatan kampanye yang lebih luas,” katanya.

Ia menambahkan, saat ini di juga sudah ada 30 warga yang menjadi kader deteksi dini kanker di wilayah Jakarta yang menjadi target kampanye.

“Harapannya, kampanye seperti ini bisa terus dilakukan supaya kasus kanker pada anak bisa ditemukan dan ditangani sedini mungkin sehingga tidak berakibat fatal,” katanya

0 komentar:

Posting Komentar

 

Arysta Vevandra Zita. Design By: SkinCorner